Thursday, January 22, 2009

Bisnis itu seperti halnya cinta

Peluang bisnis itu seperti halnya cinta. Kedatangannya tidak dapat diraih, kepergiannya tidak dapat ditolak. Almarhum Tirto Utomo juga tak sengaja mendapat ide untuk mendirikan pabrik air minum dalam kemasan (AMDK). Waktu itu Tirto Utomo bekerja di Pertamina dan sering mengantar tamu orang asing, dan para tamu sering sakit perut karena minum air yang kurang bersih. Tirto Utomo melihat hal tersebut sebagai sebuah peluang meskipun beliau memendam gagasan tersebut hingga datangnya peluang. Dan saat peluang itu datang beliau segera mewujudkan gagasan terpendamnya. Kini usaha yang beliau rintis telah menjadi sebuah industry AMDK ternama di tanah air.

Peluang tidak lah harus selalu besar. Terkadang malah hanya selubang jarum. Karena kecil, peluang sering disamakan dengan angan-angan bagi beberapa orang. Namun peluang dan angan-angan jelas berbeda. Sebuah peluang menjanjikan kemungkinan untuk diwujudkan, sedangkan angan-angan tidak sama sekali. Sekecil apapun sebuah peluang bukan berarti tidak ada sama sekali. Bukankah sebelum exist, setiap bisnis yang kita lihat sekarang ini dulunya hanyalah peluang yang tampak oleh seseorang dan terkadang tidak dipikirkan oleh orang lain.

Kita ambil contoh bisnis Es Teler 77 yang masih exist hingga sekarang. Pada awalya hanyalah bermula dari kejelian seorang Sukyatno Nugroho melihat peluang pada perubahan gaya hidup (kumpul-kumpul, nongkrong, ngrumpi) masyarakat kelas menengah di kota. Beliau melihat kalau perubahan gaya hidup ini akan menyebabkan orang butuh tempat yang pas dengan hidangan yang cocok. Lalu beliau mewujudkannya dengan menawarkan minuman yang disajikan secara cepat dengan harga yang relative terjangkau, dan ada di mana-mana. Hasilnya beliau bias mendirikan banyak outlet Es Teler 77 yang merupakan salah satu franchise asli Indonesia yang sukses.

No comments:

Post a Comment